Catatan perjalanan Lintas Medan (LIMED) Lereng Gunung Arjuno Jawa Timur 2011
Senin sore (21/3-2011) pengurus Karang Taruna dan Lembaga Desa Wisata Tambaksari bertemu untuk membahas rencana kegiatan Lintas Medan. Pertemuan ini menyikapi masukan dari Pak Dharma yang memaparkan konsep Lintas Medan pada pertemuan rutin Karang Taruna Dusun Sumur Ampelsari, Sabtu lalu (19/3). Bagaimana sebuah rapat desa berlangsung?
Undangan rapat sudah dibagikan satu hari sebelumnya (20/3-2011). Tempat, waktu dan acara rapat sudah
tercantum rapi. Acara yang tertulis hanya, “Pembahasan acara Lintas Medan / Alam Arjuno.”
Hari yang ditunggu telah tiba. Meskipun telah tertulis bahwa rapat dimulai “Jam 16.00 wib”, hanya 5 orang dari 17 undangan hadir tepat waktu. Selebihnya datang satu per satu sehingga rapat baru dimulai sekitar pukul 5 sore. Jam karet seolah telah menjadi bagian dari budaya Desa Tambaksari.
Ruangan berukuran 3 x 4 meter ini mulai penuh sesak oleh peserta rapat. Kami duduk di atas lantai dengan menggelar tikar. Lambat laun ruangan mulai dipenuhi asap rokok yang berputar-putar di langit-langit ruangan. Kurang dari 5 peserta dalam ruangan itu menjadi perokok pasif, termasuk satu-satunya peserta perempuan.
Isu kesetaraan gender cukup unik di Desa Tambaksari ini. Dalam pertemuan umum di balai desa, biasanya ibu-ibu PKK atau kelompok wanita tani turut diundang untuk mewakili suara kaum perempuan. Desa Tambaksari juga memiliki koperasi wanita yang pendiriannya didukung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pertemuan Karang Taruna di Dusun Krai biasanya dihadiri juga oleh anggota perempuan. Tapi, pertemuan Karang Taruna di Dusun Sumur Ampelsari sedikit berbeda dari dusun tetangganya itu. Tiap kali pertemuan karang taruna berlangsung sama sekali tidak ada peserta perempuan. Kebiasaan ini berlanjut ke persiapan acara Lintas Medan. Hanya ada 1 perempuan dalam pertemuan ini. itu pun berasal dari Dusun Krai.
Pertemuan dibuka oleh Ketua Karang Taruna, Fatkur Agus Susanto. Seperti lazimnya pertemuan lainnya di desa, acara dibuka dengan salam pembuka dan sedikit ucapan doa berbahasa Arab. Agus menjelaskan tujuan pertemuan ini sesuai dengan yang tertulis dalam undangan. Obrolan pun segera mencair. Orang-orang mulai bicara kesana-kemari, tanpa kesamaan tujuan. Sebagian bicara tentang hari pelaksanaan. Sebagian lagi bicara tentang kerja sama dengan rekanan dari Surabaya.
Semua orang memiliki hak untuk bicara. Peserta acara pertemuan ini sangat paham betul tentang hak ini. Orang-orang pun menyuarakan apa saja yang ada dalam pikirannya. Tujuannya memang baik, demi kelancaran acara lintas medan. Namun, bisa dibayangkan bila orang-orang bicara semaunya sendiri tanpa arahan dan susunan yang jelas.
Ketua maupun peserta rapat akhirnya perlu diingatkan tentang tujuan pertemuan ini. Bila kebebasan ini dibiarkan berlarut-larut, maka pertemuan petang ini tidak akan menghasilkan kesepakatan dan kejelasan persiapan acara. Setelah diingatkan, maka diputuskan agenda rapat di ruang Badan Permusyawaratan Desa Tambaksari sore itu ialah menyusun anggaran biaya acara.
Rapat mulai berjalan lebih terarah. Satu per satu peserta rapat menyuarakan pikirannya tentang kebutuhan acara lintas medan. Diskusi memang sempat menyimpang sedikit dari agenda utama. Setidaknya rapat sudah berjalan lebih baik. Di akhir rapat, pos-pos pengeluaran acara lintas medan sudah terhitung semua. Pos-pos pemasukan juga sudah diidentifikasi.
Acara lintas medan akan diselenggarakan 12 Juni 2011. Kini, panitia hanya memiliki sisa waktu 10 minggu untuk mempersiapkan acara lintas medan yang akan diikuti lebih dari 1.000 peserta. Selanjutnya, sekretaris panitia akan menyusun proposal dukungan acara.
By : Wong Alas
Senin sore (21/3-2011) pengurus Karang Taruna dan Lembaga Desa Wisata Tambaksari bertemu untuk membahas rencana kegiatan Lintas Medan. Pertemuan ini menyikapi masukan dari Pak Dharma yang memaparkan konsep Lintas Medan pada pertemuan rutin Karang Taruna Dusun Sumur Ampelsari, Sabtu lalu (19/3). Bagaimana sebuah rapat desa berlangsung?
Undangan rapat sudah dibagikan satu hari sebelumnya (20/3-2011). Tempat, waktu dan acara rapat sudah
tercantum rapi. Acara yang tertulis hanya, “Pembahasan acara Lintas Medan / Alam Arjuno.”
Hari yang ditunggu telah tiba. Meskipun telah tertulis bahwa rapat dimulai “Jam 16.00 wib”, hanya 5 orang dari 17 undangan hadir tepat waktu. Selebihnya datang satu per satu sehingga rapat baru dimulai sekitar pukul 5 sore. Jam karet seolah telah menjadi bagian dari budaya Desa Tambaksari.
Ruangan berukuran 3 x 4 meter ini mulai penuh sesak oleh peserta rapat. Kami duduk di atas lantai dengan menggelar tikar. Lambat laun ruangan mulai dipenuhi asap rokok yang berputar-putar di langit-langit ruangan. Kurang dari 5 peserta dalam ruangan itu menjadi perokok pasif, termasuk satu-satunya peserta perempuan.
Isu kesetaraan gender cukup unik di Desa Tambaksari ini. Dalam pertemuan umum di balai desa, biasanya ibu-ibu PKK atau kelompok wanita tani turut diundang untuk mewakili suara kaum perempuan. Desa Tambaksari juga memiliki koperasi wanita yang pendiriannya didukung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pertemuan Karang Taruna di Dusun Krai biasanya dihadiri juga oleh anggota perempuan. Tapi, pertemuan Karang Taruna di Dusun Sumur Ampelsari sedikit berbeda dari dusun tetangganya itu. Tiap kali pertemuan karang taruna berlangsung sama sekali tidak ada peserta perempuan. Kebiasaan ini berlanjut ke persiapan acara Lintas Medan. Hanya ada 1 perempuan dalam pertemuan ini. itu pun berasal dari Dusun Krai.
Pertemuan dibuka oleh Ketua Karang Taruna, Fatkur Agus Susanto. Seperti lazimnya pertemuan lainnya di desa, acara dibuka dengan salam pembuka dan sedikit ucapan doa berbahasa Arab. Agus menjelaskan tujuan pertemuan ini sesuai dengan yang tertulis dalam undangan. Obrolan pun segera mencair. Orang-orang mulai bicara kesana-kemari, tanpa kesamaan tujuan. Sebagian bicara tentang hari pelaksanaan. Sebagian lagi bicara tentang kerja sama dengan rekanan dari Surabaya.
Semua orang memiliki hak untuk bicara. Peserta acara pertemuan ini sangat paham betul tentang hak ini. Orang-orang pun menyuarakan apa saja yang ada dalam pikirannya. Tujuannya memang baik, demi kelancaran acara lintas medan. Namun, bisa dibayangkan bila orang-orang bicara semaunya sendiri tanpa arahan dan susunan yang jelas.
Ketua maupun peserta rapat akhirnya perlu diingatkan tentang tujuan pertemuan ini. Bila kebebasan ini dibiarkan berlarut-larut, maka pertemuan petang ini tidak akan menghasilkan kesepakatan dan kejelasan persiapan acara. Setelah diingatkan, maka diputuskan agenda rapat di ruang Badan Permusyawaratan Desa Tambaksari sore itu ialah menyusun anggaran biaya acara.
Rapat mulai berjalan lebih terarah. Satu per satu peserta rapat menyuarakan pikirannya tentang kebutuhan acara lintas medan. Diskusi memang sempat menyimpang sedikit dari agenda utama. Setidaknya rapat sudah berjalan lebih baik. Di akhir rapat, pos-pos pengeluaran acara lintas medan sudah terhitung semua. Pos-pos pemasukan juga sudah diidentifikasi.
Acara lintas medan akan diselenggarakan 12 Juni 2011. Kini, panitia hanya memiliki sisa waktu 10 minggu untuk mempersiapkan acara lintas medan yang akan diikuti lebih dari 1.000 peserta. Selanjutnya, sekretaris panitia akan menyusun proposal dukungan acara.
By : Wong Alas
Tags:
Pendakian
Leave a comment